0

Perlukaan Jalan Lahir

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam.
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak, khususnya pada luka dekat klitoris.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari kami mempelajari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang perlukaan jalan lahir.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian dari perlukaan jalan lahir
b. Mengetahui etiologi perlukaan jalan lahir
c. Mengetahui patofisiologi perlukaan jalan lahir
d. Mengetahui tanda dan gejala perlukaan jalan lahir
e. Mengetahui penatalaksanaan medis perlukaan jalan lahir






C. Manfaat
Manfaat dari mempelajari kasus ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
a. Mahasiswa mampu memahami definisi perlukaan yang dapat terjadi dalam persalinan.
b. Mahasiswa dapat memperluas ilmu terutama dalam menangani pasien dengan kasus perlukaan jalan lahir.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Diharapkan agar dapat mengerti tentang perlukaan jalan lahir.
b. Diharapkan tenaga kesehatan bisa lebih mampu menangani perlukaan dan peristiwa lain dalam persalinan sesuai dengan prosedur yang diharapkan.

















BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perlukaan Jalan Lahir
Perlukaan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi pada jalan lahir saat atau setelah terjadinya persalinan yang biasanya ditandai oleh perdarahan pada jalan lahir.
Perlukaan jalan lahir karena prsalinan dapat mengenai vulva, vagina, dan uterus. Jannis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai perdarahan hebat. (Prawirohardjo S, 2008: 409)

B. Beberapa Jenis Perlukaan Jalan Lahir Dalam Persalinan
1. Luka perineum
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S, 2008: 410).
Luka perineum dibagi menjadi 4 tingkatan antara lain :
a. Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinium
b. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
c. Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
d. Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
2. Luka robekan serviks
Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang paling mudah mengalami perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis uteri pada seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang.
3. Rupture uteri
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ).
Rupture uteri merupakan robekan uterus yaitu perlukaan yang paling berat pada persalinan. Robean ini dapat terjadi pada waktu kehamilan atau pada waktu persalinan, namun yang paling sering terjadi ialah robekan ketika persalinan.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
a. Menurut waktu terjadinya
1) Rupture uteri Gravidarum (waktu sedang hamil, sering loksinya pada korpus)
2) Rupture uteri Durante Partum (waktu melahirkan anak)
b. Menurut lokasinya
1) Korpus uteri, biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi seperti SC klasik (korporal), miomektomi
2) Segmen bawah rahim (SBR), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah rupture uteri yang sebenarnya.
3) Servik uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan lengkap.
4) Kolpoporeksis, robekan-robekan diantara serviks dan vagina
c. Menurut robeknya
1) Rupture uteri kompleta
2) Ripture uteri inkompleta
C. Etiologi
1. Robekan perineum
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c. Jaringan parut pada perineum
d. Distosia bahu
2. Robekan serviks
a. Partus presipitatus
b. Trauma karena pemakaian alat-alat operasi
c. Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan belum lengkap
d. Partus lama
3. Rupture uteri
a. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
c. Presentasi abnormal (terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus)
d. Panggul sempit
e. Letak lintang
f. Hydrosephalus
g. Tumor yang menghalangi jalan lahir
h. Presentasi dahi atau muka
(Helen, 2001)

D. Patofisiologi
1. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
2. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
3. Rupure uteri
a. Rupture uteri spontan
1) Terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan
2) Terjadi gangguan mekanisme persalianan sehingga menimbulkan ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan
b. Rupture uteri traumatic
1) Terjadi pada persalianan
2) Timbulnya rupture uteri karena tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, dll
c. Rupture uteri pada bekas luka uterus
1) Terjadinya spontan atau bekas operasi secsio sesarea dan bekas opersi pada uterus

E. Tanda dan Gejala
1. Robekan jalan lahir
Tanda dan gejala yang selalu ada :
a. Pendarahan segera
b. Uterus kontraksi baik
c. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
d. Plasenta baik
Gejala dan tanda-tanda yang kadang ada :
a. Pucat
b. Lemah
c. Menggigil
2. Rupture uteri
a. Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
b. Dramatis
c. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
d. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
e. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
f. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
g. Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
h. Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
i. Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
j. Bagian janin lebih mudah dipalpasi
k. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
l. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
m. Tenang
n. Kemungkinan terjadi muntah
o. Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
p. Nyeri berat pada suprapubis
q. Kontraksi uterus hipotonik
r. Perkembangan persalinan menurun
s. Perasaan ingin pingsan
t. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
u. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
v. Tanda-tanda syok progresif
w. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
x. DJJ mungkin akan hilang

E. Penatalaksanaan Medis
1. Penjahitan robekan serviks
a. Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti septik ke vagina dan serviks
b. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak dibutuhkan padasebasian besar robekan serviks. Berikan petidin dan diazepam melalui IV secara perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar
c. Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat
d. Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu
e. Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati–hati. Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara perlahan untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan.
f. Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada apeks(tepi atas robekan) yang seringkali menjadi sumber pendarahan.
g. Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0.
h. Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya tersebut dapat mempererat pendarahan.
Selanjutnya :
- Setelah 4 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan dikeluarkan.
- Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
2. Penjahitan robekan vagina dan perineum
Terdapat empat derajat robekan yang bisa terjadi saat pelahiran, yaitu :
a. Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dan jaringan ikat
b. Tingkat II : Robekan mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot dibawahnya tetapi tidak menenai spingter ani
c. Tingkat III : robekan mengenai trnseksi lengkap dan otot spingter ani
d. Tingkat IV : robekan sampai mukosa rectum.
3. Penjahitan robekan derajat I dan II
Sebagian besar derajat I menutup secara spontan tanpa dijahit.
a. Tinjau kembali prinsip perawatan secara umum.
b. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal, jika perlu.
c. Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
d. Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
e. Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa tidak terdapat robekan derajat III dan IV.
f. Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam anus
g. Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
h. Periksa tonus otot atau kerapatan sfingter
i. Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau DTT
j. Jika spingter cedera, lihat bagian penjahitan robekan derajat III dan IV.
k. Jika spingter tidak cedera, tindak lanjuti dengan penjahitan
4. Penjahitan robekan perineum derajat III dan IV
Jahit robekan diruang operasi
a. Tinjau kembali prinsip perawatan umum
b. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal, ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan dapat dilakukan menggunakn anastesi lokal dengan lignokain dan petidin serta diazepam melalui IV dengan perlahan ( jangan mencampurdengan spuit yang sama ) jika semua tepi robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang terjadi.
c. Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
d. Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
e. Untuk melihat apakah spingter ani robek.
f. Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam anus
g. Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
h. Periksa permukaan rektum dan perhatikan robekan dengan cermat.
i. Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT
j. Oleskan larutan antiseptik kerobekan dan keluarkan materi fekal, jika ada.
k. Pastikan bahwa tidak alergi terhadap lignokain atau obat-obatan terkait.
l. Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5 % kebawah mukosa vagina, kebah kulit perineum dan ke otot perinatal yang dalam.
m. Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit kemudian jepit area robekan denagn forcep. Jika ibu dapat merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit algi kemudian lakukan tes ulang.
n. Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan benang 3-0 atau 4-0 dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa.
o. Jika spingter robek
- Pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter akan beretraksi jika robek ). Selubung fasia disekitar sfingter kuat dan tidak robek jika ditarik dengan klem.
- Jahit sfingter dengan dua atau tiga jahitan putus-putus menggunakan benang 2-0.
p. Oleskan kembali larutan antiseptik kearea yang dijahit.
q. Periksa anus dengan jari yang memakai sarung tangan untuk memastikan penjahitan rektum dan sfingter dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT.
r. Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit.

5. Perbaikan rupture uterus
a. Tinjau kembali indikasi.
b. Tinjau kembali prinsip prawatan umum, prinsip perawatan operasi dan pasang infus IV.
c. Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis.
1) Ampisilin 2g melalui IV.
2) Atau sefazolin 1g melalui IV.
d. Buka abdomen
1) Buat insisi vertikalgaris tengah dibawah umbilikus sampai kerambut pubis melalui kulit sampai di fasia.
2) Buat insisi vertikal 2-3 cm di fasia.
3) Pegang tepi fasia dengan forcep dan perpanjang insisi keatas dan kebawah dengan menggunakan gunting.
4) Gunakan jari atau gunting untuk memisahkan otot rektus (otot dinding abdomen )
5) Gunakan jari untuk membuka peritoneum dekat umbilikus. Gunakan gunting untuk memperpanjang insisi ke atas dan ke bawah guna melihat seluruh uterus. Gunakan gunting untuk memisahkan lapisan peritoneum dan membuka bagian bawah peritoneum dengan hati-hati guna mencegah cedera kandung kemih.
6) Periksa area rupture pada abdomen dan uterus dan keluarkan bekuan darah.
7) Letakkan retraktor abdomen.
e. Lahirkan bayi dan plasenta.
f. Infuskan oksitoksin 20 unit dalam 1L cairan IV ( salin normal atau laktat ringer ) dengan kecepatan 60 tetes permenit sampai uterus berkontraksi, kemudian kurangi menjadi 20 tetes permenit.
g. Angkat uterus keluar panggul untuk melihat luasnya cedera.
h. Periksa bagian depan dan belakang uterus.
i. Pegang tepi pendarahan uterus dengan klem Green Armytage ( forcep cincin )
j. Pisahkan kandungan kemih dari segmen bawah uterus dengan diseksi tumpul atau tajam. Jika kandung kemih memiliki jaringan parut sampai uterus, gunakan gunting runcing.
6. Rupture sampai serviks dan vagina
a. Jika uterus robek sampai serviks dan vagina, mobilisasi kandung kemih minimal 2cm dibawah robekan.
b. Jika memungkinkan, buat jahitan sepanjang 2cm diatas bagian bawah robekan serviks dan pertahankan traksi pada jahitan untuk memperlihatkan bagian-bagian robekan jika perbaikan dilanjutkan.
7. Rupture meluas secara lateral sampai arteria uterina
a. Jika rupture meluas secara lateral sampai mencederai satu atau kedua arteri uterina, ikat arteri yang cedera.
b. Identifikasi arteri dan ureter sebelum mengikat pembuluh darah uterus.
8. Rupture dengan hematoma ligamentumlatum uteri
a. Jika rupture uterus menimbulkan hematoma pada ligamentum latum uteri, pasang klem, potong dan ikat ligamentum teres uteri.
b. Buka bagian anterior ligamentum atum uteri.
c. Buat drain hematoma secara manual, bila perlu.
d. Inspeksi area rupture secara cermat untuk mengetahui adanya cedera pada arteria uterina atau cabang-cabangnya. Ikat setiap pembuluh darah yang mengalami pendarahan.
9. Penjahitan robekan uterus
a. Jahit robekan dengan jahitan jelujur mengunci (continous locking ) menggunakan benang catgut kromik (atau poliglikolik)0. Jika perdarahan tidak terkandali atau jika ruptur melalui insisi klasik atau insisi vertikal terdahulu, buat jahitan lapisan kedua.
b. Jika rupture terlalu luas untuk dijahit, tindak lanjuti dengan histerektomi.
c. Kontrol pendarahan dalam, gunakan jahitan berbentuk angka delapan.
d. Jika ibu meminta ligasi tuba, lakukan prosedur tsb pada saat ini.
e. Pasang drain abdomen
f. Tutup abdomen.
1) Pastikan tidak ada pendarahan. Keluarkan bekuan darah dengan menggunakn spons.
2) Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada kandung kemih. Jka teridentifikasi adanya cedera kandung kemih, perbaiki cedera tsb.
3) Tutup fasia engan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik (poliglikolik) 0.
4) Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan subcutan dengan kasa dan buat jahitan longgar menggunakan benang catgut ( poligkolik ) 0. Tutup kulit dengan penutupan lambat setelah infeksi dibersihkan.
5) Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras vertikal menggunakan benang nelon ( sutra ) 3-0 dan tutup dengan balutan steril.













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada jalan lahir, sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga kesehatan dapat mengelolanya dengan baik.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang robekan jalan lahir dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara komprehensif.






Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
0

FrOm Me aNd For U

From Me and For U

Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, kerana kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.
Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita dapat mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk berupaya mengumpulkan pujian dan kritikan dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.
Kita lahir dengan otak di dalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin mana pun kita, kita tetap kaya. Kerana tidak akan ada seorang pun yang dapat mencuri otak kita, fikiran kita dan idea kita. Dan apa yang anda fikirkan dalam otak anda jauh lebih berharga daripada emas dan perhiasan.
Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Kerana mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.
Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh di dalam diri kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.
Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemui cinta yang jauh lebih indah.

Bakat yang kita miliki adalah hadiah dari Tuhan untuk kita… Apa yang dapat kita hasilkan dari bakat tersebut adalah hadiah dari kita untuk Tuhan.
Our talents are the gift that God gives to us… What we make of our talents is our gift back to God.
~ Leo Buscaglia

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
Khalifah ‘Umar

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar. Seseorang yang tidak bisa merasa marah tidak bisa disebut penyabar, karena dia hanya tidak bisa marah. Sedangkan seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar. Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu sulit, Anda sangat tepat, karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.
~ Mario Teguh

Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi, jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya.
To accomplish great things, we must not only act, but also dream; not only plan, but also believe.
~ Anatole France
0

Ketidaknyamanan Pada Kehamilan

Ketidaknyamanan Pada Kehamilan

Pengertian

Ketidaknyamanan merupakann suatu perasaan yang kurang ataupun yang tidak menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil. (Hidayat, 2008: 120)

Ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil pada trimester I :

1. Ngidam

a. Penyebab

Ø Berkaitan dengan persepsi individu wanita hsmil mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah sehingga indra pengecap menjadi tumpul jadi makanan yang lebih merangsang dicari-cari

b. Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai :

Ø Penambahan berat badan yang tidak memadai

Ø Kehilangan berat badan

Ø Malnutrisi

c. Cara Menangani/mengatasi

Ø Tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran asalkan cukup bergizi dan makanan yang diinginkan makanan yang sehat

Ø Menjelaskan makanan yang tidak baik

Ø Mendiskusikan makanan yang dapat diterima yang meliputi makanan yang bergizi dan memuaskan ngidam atau kesukaan tradisional

2. Keputihan

a. Penyebab

Ø Hyperplasia, mukosa vagina

Ø Peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervical sebagai akibat dari peningkatan kadar esterogen

Ø Perubahan peningkatan sejumlah glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh doderlein basilus

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Jika cairan keluar sangat banyak dan baunya menyengat atau berwarna kuning/ abu-abu (beberapa penyakit kelamin servicitis dan vaginitis)

Ø Pengeluaran cairan (selaput ketuban pecah)

Ø Perdarahan pervaginaan (abduptio placentae, plecenta previa, lesi pada servik)

c. Cara meringankan/mengatasi

Ø Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari

Ø Memakai pakaian dalam yang terbuat dari kain katun agar lebih kuat daya serapnya

Ø Ganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari

Ø Menghindari pencucian vagina (douching) dan mencuci vagina dari arah depan kebelakang

Ø Gunakan bedak tabor untuk mengeringkan tetapi jangan terlalu berlebihan

Ø Cara tradisional : merendam vagina dengan air rebusan sirih

3. Rasa mual-muntah

a. Penyebab

Ø Perubahan hormonal yaitu peningkatan kadar HCG, estrogen dan progesterone

Ø Kelebihan asam klorida/asam gastric

Ø Peristaltic lambat mengakibatkan meningkatnya estrogen dan progesterone

Ø Pembesaran uterus

Ø Faktor emosional yang labil

Ø Alergis (sekresi corpus luteum, antigen dari ayah, “keracunan histamin”)

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Pertambahan berat badan yang tidak memadai

Ø Kehilangan berat badan yang tidak signifikan

Ø Tanda-tanda malnutrisi

Ø Hiperemesis gravidarum (muntah yang berlebihan)

c. Cara meringankan/mengatasi

Ø Makan porsi kecil tapi sering

Ø Makan biscuit kering/roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari

Ø Makan sesuatu yang manis (permen) atau minum jus buah sebelum tidur malam dan sesudah bangun tidur

Ø Hindari makan yang berminyak dan berbumbu merangsang

Ø Duduk tegak setiap kali selesai makan

4. Pusing/sakit kepala

    1. Penyebab

Ø Akibat kontraksi otot/spasme otot (leher, bahu dan penegangan pada kepala), serta keletihan

Ø Tegangan mata sekunder terhadap perubahan okuler, dinamika cairan syaraf yang berubah

a. Tanda-Tanda Bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Bila bertambah berat akan terus berlanjut

Ø Jika disertai dengan tekanan darah tinggi, dan proteinuria

Ø Jika ada migrant

Ø Penglihatan berkurang atau kabur

    1. Cara Meringankan/Mencegah

Ø Teknik relaksasi

Ø Memassase leher dan otot bahu

Ø Penggunaan kompres panas atau es pada leher

Ø Istirahat

Ø Mandi air hangat

Ø Pengobatan

· Penggunaan yang bijaksana dari tylenol/paracetamol

· Hindari aspirin, ibuprofen, narcotics, sedative/hipnotik

5. Kelelahan

b. Penyebab

Ø Penuruanan dan perubahan laju metabolism basal pada awal kehamilan

c. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Terdapat gejala anemia (lelah, mata pucat)

Ø Ketidakmampuan utnuk melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari

Ø Tanda dan gejala depresi

d. Cara meringankan/mengatasi

Ø Yakinkan hal ini normal terjadi dalam kehamilan

Ø Anjurkan ibu untuk sering istirahat

Ø Lakukan aktifitas yang ringan dan nutrisi yang baik

Ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil pada trimester II :

1. Haemorroida

a. Penyebab

Ø Sering terjadi kerena konstipasi

Ø Tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena haemorroida

Ø Dukungan yang tidak memadai pada vena hemoroida di area anorectal

Ø Kurangnya klep di pembuluh-pembuluh yang berakibat pada perubahan secara langsung pada aliran darah

Ø Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar

Ø Pembesaran uterus dapat meningkatkan tekanan-tekanan spesifik pada vena haemorrhoid, tekanan mengganggu sirkulasi venous dan menyebabkan kongesti pada vena pelvic

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Rasa nyeri pada saat melakukan defekasi

c. Cara mengurangi/mencegah

Ø Menghindari konstipasi

Ø Menghindari ketegangan selama defekasi

Ø Mandi air hangat/ kompres hangat, air panas tidak hanya memberikan kenyamanan tapi juga meningkatkan sirkulasi

Ø Kompres es/garam Epsom

Ø Istirahat di tempat tidur dengan panggul diturunkan dan dinaikkan

2. Konstipasi

a. Penyebab

Ø Peningkatan kadar progesterone menyebabkan peristaltic usus menjadi lambat

Ø Penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot polos usus besar
penyerapan air dari kolon meningkat

Ø Efek samping dari penggunaan suplemen zat besi

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Rasa nyeri hebat di abdomen, tidak mengeluarkan gas (obstruksi)

Ø Rasa nyeri di kuadran kanan bawah (appendicitis)

c. Cara meringankan/pencegahan

Ø Tingkatkan intake cairan, serat di dalam diet seperti : buah/juice prem, minum cairan dingin/panas (terutama ketika perut kosong)

Ø Istirahat cukup

Ø Senam/exercise

Ø Membiasakan BAB secara teratur

Ø BAB segera setelah ada dorongan

Ø Terapi

· Gunakan pembentuk bahan padat (bongkahan)/emollients. Seperti : suposutoria dan lai-lain

· Hindari minyak mineral, lubrikasi, perangsang (stimulant) saline, hipersmosis, diphenylmethane, castor dan lain-lain

3. Sesak nafas

a. Penyebab

Ø Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena tekanan bayi yang berada dibawah diafragma menekan paru ibu.

b. Tanda-Tanda Bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Jika disertai dengan demam, batuk, pernafasan cepat, malaise (infeksi)

Ø Pernafasan cepat tanpa demam (embolus)

Ø Exacerbasi (memburuknya) asthma

c. Cara Meringankan/Mencegah

Ø Jelaskan penyebab fisiologisnya

Ø Dorong agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernafasan pada kecepatan normal ketika terjadi hyperventilasi

Ø Secara periodik berdiri dan merentangkan lengan kepala serta menarik nafas panjang

Ø Mendorong postur tubuh yang baik melakukan pernafasan interkostal

4. Varices

a. Penyebab

Ø Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang menyebabkan vena menonjol.

Ø Kongesti vena dalam bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang hamil

Ø Kerapuhan jaringan elastic yang disebabkan oleh estrogen

Ø Kecenderungan bawaan keluarga

Ø Disebabkan factor usia, dan lama berdiri

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Tromboplebitis supervisial atau thrombosis vena yang dalam

c. Cara meringankan/mengatasi

Ø Angkatlah kaki saat berbaring atau duduk

Ø Berbaring dengan posisi kaki ditinggikan ± 90º beberapa kali sehari

Ø Jaga agar kaki jangan bersilangan

Ø Hindari duduk atau berdiri terlalu lama

Ø Hindari pakaian dan korset yang ketat, jaga postur tubuh yang baik

Ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil pada trimester III :

1. Sakit Kepala

    1. Penyebab

Ø Akibat kontraksi otot/spasme otot (leher, bahu dan penegangan pada kepala), serta keletihan

Ø Tegangan mata sekunder terhadap perubahan okuler, dinamika cairan syaraf yang berubah

b. Tanda-Tanda Bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Bila bertambah berat akan terus berlanjut

Ø Jika disertai dengan tekanan darah tinggi, dan proteinuria

Ø Jika ada migrant

Ø Penglihatan berkurang atau kabur

    1. Cara Meringankan/Mencegah

Ø Teknik relaksasi

Ø Memassase leher dan otot bahu

Ø Penggunaan kompres panas atau es pada leher

Ø Istirahat

Ø Mandi air hangat

Ø Pengobatan

· Penggunaan yang bijaksana dari tylenol/paracetamol

· Hindari aspirin, ibuprofen, narcotics, sedative/hipnotik

(Kusmiyati, 2009: 131)

2. Nafas Sesak/Hyperventilasi

a. Penyebab

Ø Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena tekanan bayi yang berada dibawah diafragma menekan paru ibu.

b. Tanda-Tanda Bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Jika disertai dengan demam, batuk, pernafasan cepat, malaise (infeksi)

Ø Pernafasan cepat tanpa demam (embolus)

Ø Exacerbasi (memburuknya) asthma

c. Cara Meringankan/Mencegah

Ø Jelaskan penyebab fisiologisnya

Ø Dorong agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernafasan pada kecepatan normal ketika terjadi hyperventilasi

Ø Secara periodik berdiri dan merentangkan lengan kepala serta menarik nafas panjang

Ø Mendorong postur tubuh yang baik melakukan pernafasan interkostal

(Kusmiyati, 2009 : 129-130)

3. Nocturia ( sering BAK )

a. Penyebab

Ø Takanan uterus pada kandung kemih

Ø Ekskresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya pengeluaran air

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Wanita hamil menghadapi resiko lebih besar terhadap infeksi saluran kemih dan pyelonephiritis karena ginjal dan kandung kemih mengalami perubahan

c. Cara meringankan/mengatasi

Ø Penjelasan mengenai terjadinya

Ø Kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK

Ø Perbanyak minum pada siang hari

Ø Jangan kurangi minum pada malam hari kecuali jika nocturia mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan

Ø Batasi minum bahan diuretic alamiah seperti kopi, teh, cola dengan kafein dan lain-lain

(Kumiyati, 2009: 124-125)

4. Edema Dependen

a. Penyebab

Ø Peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal

Ø Kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah

Ø Peningkatan kadar permeabilitas kapiler

Ø Tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvic ketika duduk/pada kava inferior ketika berbaring

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Jika muncul pada muka dan tangan dan disertai dengan proteinuria serta hipertensi (waspada preeklamsi/eklamsi)

c. Cara meringankan atau mencegah

Ø Hindari posisi berbaring terlentang

Ø Hindari posisi berdiri untuk waktu lama, istirahat dengan berbaring ke kiri, dengan kaki agak ditinggikan

Ø Angkat kaki ketika duduk/istirahat

Ø Hindari kaos yang ketat/tali/pita yang ketat pada kaki

Ø Lakukan senam secara teratur

(Kusmiyati, 2009: 133)

5. Kram Kaki

a. Penyebab

Ø Kekurangan asupan kalsium

Ø Ketidakseimbangan rasio kalsium-fosfor

Ø Pembesaran uterus, sehingga memberikan tekanan pada pembuluh dasar pelvic, dengan demikian dapat menurunkan sirkulasi darah dari tungkai bagian bawah

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Tanda-tanda thrombophlebitis superficial/thrombosis vena yang dalam

c. Cara meringankan/pencegahan

Ø Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi) dan cari yang high kalsium

Ø Berlatih dorsifleksi pada kaki untuk merengangkan otot-otot yang terkena kram

Ø Gunakan penghangat untuk otot

Ø Terapi

· Suplementasi dengan garam kalsium yang tidak mengandung fosfor

· Gunakan antacid aluminium hidroksida untuk meningkatkan pembentukan fosfor yang tidak melarut

(Kusmiyati, 2009: 127)

6. Konstipasi

a. Penyebab

Ø Peningkatan kadar progesterone menyebabkan peristaltic usus menjadi lambat

Ø Penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot polos usus besar
penyerapan air dari kolon meningkat

Ø Efek samping dari penggunaan suplemen zat besi

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Rasa nyeri hebat di abdomen, tidak mengeluarkan gas (obstruksi)

Ø Rasa nyeri di kuadran kanan bawah (appendicitis)

c. Cara meringankan/pencegahan

Ø Tingkatkan intake cairan, serat di dalam diet seperti : buah/juice prem, minum cairan dingin/panas (terutama ketika perut kosong)

Ø Istirahat cukup

Ø Senam/exercise

Ø Membiasakan BAB secara teratur

Ø BAB segera setelah ada dorongan

Ø Terapi

· Gunakan pembentuk bahan padat (bongkahan)/emollients. Seperti : suposutoria dan lai-lain

· Hindari minyak mineral, lubrikasi, perangsang (stimulant) saline, hipersmosis, diphenylmethane, castor dan lain-lain

(Kusmiyati, 2009: 128-129)

7. Heart Burn ( panas dalam perut )

a. Penyebab

Ø Relaksasi cardiac spinkter lambung karena efek meningkatnya jumlah progsteron

Ø Menurunnya motilitas saluran cerna dihasilkan dari relaksasi otot polos, yang kemungkinan karena meningkatnya progesterone dan tekanan uterus

Ø Kehilangan ruang fungsi lambung karena tempatnya digantikan dan ditekan oleh pembesaran uterus

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Kehilangan berat badan/keletihan yang amat berat

Ø Nyeri epigastrium disertai sakit kepala hebat, hipertensi dan edema patologis pada trimester III (preeklamsi)

Ø Nyeri perut yang hebat (persalinan premature, appendicitis)

c. Cara meringankan/mengatasi

Ø Makan porsi kecil tapi sering

Ø Hindari makanan berlemak terlalu banyak, makanan yang digoreng/makanan yang berbumbu merangsang

Ø Hindari rokok, kopi, alcohol, cokelat

Ø Hindari berbaring setelah makan

Ø Hindari minuman selain air putih saat makan

Ø Kunyah permen karet

Ø Terapi

· Gunakan antacid dengan kandungan sodium rendah (kombinasi hidroxida aluminium dan magnesium)

· Hindari dari kalsium karena dapat menimbulkan hiperaciditas (peningkatan asam dalam lambung)

(Kusmiyati, 2009: 130)

8. Varises

a. Penyebab

Ø Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang menyebabkan vena menonjol.

Ø Kongesti vena dalam bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang hamil

Ø Kerapuhan jaringan elastic yang disebabkan oleh estrogen

Ø Kecenderungan bawaan keluarga

Ø Disebabkan factor usia, dan lama berdiri

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Tromboplebitis supervisial atau thrombosis vena yang dalam

c. Cara meringankan/mengatasi

Ø Angkatlah kaki saat berbaring atau duduk

Ø Berbaring dengan posisi kaki ditinggikan ± 90º beberapa kali sehari

Ø Jaga agar kaki jangan bersilangan

Ø Hindari duduk atau berdiri terlalu lama

Ø Hindari pakaian dan korset yang ketat, jaga postur tubuh yang baik

(Kusmiyati, 2009: 132)

9. Keputihan

a. Penyebab

Ø Hyperplasia, mukosa vagina

Ø Peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervical sebagai akibat dari peningkatan kadar esterogen

Ø Perubahan peningkatan sejumlah glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh doderlein basilus

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Jika cairan keluar sangat banyak dan baunya menyengat atau berwarna kuning/ abu-abu (beberapa penyakit kelamin servicitis dan vaginitis)

Ø Pengeluaran cairan (selaput ketuban pecah)

Ø Perdarahan pervaginaan (abduptio placentae, plecenta previa, lesi pada servik)

c. Cara meringankan/mengatasi

Ø Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari

Ø Memakai pakaian dalam yang terbuat dari kain katun agar lebih kuat daya serapnya

Ø Ganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari

Ø Menghindari pencucian vagina (douching) dan mencuci vagina dari arah depan kebelakang

Ø Gunakan bedak tabor untuk mengeringkan tetapi jangan terlalu berlebihan

Ø Cara tradisional : merendam vagina dengan air rebusan sirih

(Kusmiyati, 2009: 123)

10. Haemorrhoid

a. Penyebab

Ø Sering terjadi kerena konstipasi

Ø Tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena haemorroida

Ø Dukungan yang tidak memadai pada vena hemoroida di area anorectal

Ø Kurangnya klep di pembuluh-pembuluh yang berakibat pada perubahan secara langsung pada aliran darah

Ø Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar

Ø Pembesaran uterus dapat meningkatkan tekanan-tekanan spesifik pada vena haemorrhoid, tekanan mengganggu sirkulasi venous dan menyebabkan kongesti pada vena pelvic

b. Tanda-tanda bahaya/yang perlu diwaspadai

Ø Rasa nyeri pada saat melakukan defekasi

c. Cara mengurangi/mencegah

Ø Menghindari konstipasi

Ø Menghindari ketegangan selama defekasi

Ø Mandi air hangat/ kompres hangat, air panas tidak hanya memberikan kenyamanan tapi juga meningkatkan sirkulasi

Ø Kompres es/garam Epsom

Ø Istirahat di tempat tidur dengan panggul diturunkan dan dinaikkan

 
Copyright © Echa Nuri